Pages

Thursday, March 27, 2008

Adab dan syarat-syarat Ijabahnya Doa (bagian 4)

Kesebelas: Mengenal Allah swt dan berbaik sangka kepada-Nya
Allamah Al-Hilli (ra) mengatakan: Di antara syarat-syarat doa yang baik adalah orang yang berdoa mengetahui kadar apa yang diinginkan di dalam doanya. Maksudnya orang yang berdoa harus mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya. (Minhajul Yaqin: 375)

Ia harus berkeyakinan yang kuat bahwa rahmat Allah swt tak terbatas, Allah swt tidak menghalangi siapa pun dari curahan nikmat-Nya, dan pintu rahmat-Nya tidak pernah tertutup selamanya.

Rasulullah saw bersabda dalam hadis Qudsi bahwa Allah swt berfirman:
“Barangsiapa yang memohon kepada-Ku dan ia tahu bahwa Aku kuasa memberi mudharrat dan manfaat, niscaya Aku perkenankan doanya.” (Biharul Anwar 93: 305)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai: Apa yang sebenarnya yang terjadi pada kami, kami sudah berdoa tapi doa kami tidak diijabahi? Beliau menjawab: “Karena kamu berdoa kepada Zat yang kamu sebenarnya tidak mengenal-Nya.” (Biharul Anwar 93: 368, hadis ke 4)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata tentang firman Allah swt:
"Hendaknya kamu mengharap ijabah kepada-Ku dan percaya kepada-Ku,” (Al-Baqarah: 186): “Hendaknya mereka tahu bahwa bahwa Aku (Allah) kuasa memberi apa yang mereka mohon.” (Tafsir Al-Ayyasi 1: 83, hadis ke 196)

Berbaik sangka kepada Allah swt adalah salah satu bagian dari pengenalan terhadap Allah swt. Karena itu, orang yang berdoa harus berbaik sangka terhadap ijabah Allah.

Rasulullah saw bersabda:
“Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin terhadap ijabah-Nya.” (Biharul Anwar 93: 305)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika kamu berdoa, maka hadirkan hatimu, dan yakini bahwa hajatmu sudah ada di pintumu.” (Al-Kafi 2: 344, hadis ke 3)

Di antara doa Imam Zainal Abidin (sa):

Ya Allah
Terhalanglah semua harapan dan habislah semua daya, kecuali di sisi-Mu
Sempitlah semua jalan, tertahanlah semua harapan,
Hancurlah semua keinginan, dan terputuslah semua cara kecuali pada-Mu
Pupuslah semua keinginan dan terputuslah semua harapan kecuali kepada-Mu
Sia-sialah keyakinan dan berbedalah pengenalan kecuali pada-Mu.

Ya Allah
Aku jumpai semua jalan keinginan pada-Mu terisinari,
semua tempat meraih harapan pada-Mu terbuka,
Aku tahu bahwa Engkau
bagi orang yang berdoa pada-Mu Kauberikan ijabah,
bagi orang yang menjerit pada-Mu Kau ulurkan pertolongan,
bagi orang yang bermaksud pada-Mu dekat jaraknya dari-Mu…”
(Biharul Anwar 95: 452, hadis ke 3)

Kedua belas: Beramal sesuai dengan pengetahuan
Orang yang berdoa harus melakukan sesuatu sesuai dengan pengenalannya terhadap Pencipta-Nya. Yakni, ia harus memenuhi janji Allah dan mentaati perintah-Nya. Dua hal ini merupakan syarat yang paling penting bagi ijabahnya doa.

Jamil berkata bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai: Jadikan aku tebusanmu, sesungguhnyaAllah swt berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan doamu” (Al-Mukmin/40: 60), kami sudah berdoa tapi doa kami tidak diijabah! Beliau menjawab: “Kamu tidak memenuhi janji Allah. Sekiranya kamu memenuhinya pasti Allah memenuhi doamu.” (Tafsir Al-Qumi, 1: 46, surat Al-Baqarah: 40)

Allah swt berfirman kepada Dawud (as):
“Wahai Dawud, tidak seorang pun dari hamba-hamba-Ku yang mentaati-Ku apa yang Kuperintahkan padanya, kecuali Aku memberinya sebelum ia memohon pada-Ku, dan mengijabah doanya sebelum ia berdoa pada-Ku.” (Biharul Anwar 93: 376)

Ketiga belas: Menghadap kepada Allah
Di antara adab berdoa yang paling penting adalah orang yang berdoa harus menghadap kepada Allah dengan sepenuh hati, perasaan dan wujudnya. Ia tidak hanya berdoa dengan lisan sementara hatinya disibukkan oleh urusan-urusan dunia. Di sinilah letak perbedaan antara membaca doa dengan berdoa yang sebenarnya. Doa yang diresapi oleh hati seiring dengan bacaan lisan, maka ruhaninya pasti bergetar dan hajatnya pasti dicapai oleh hati dan perasaannya.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla tidak mengijabah doa dengan hati yang lalai; jika kamu berdoa, hadirkan hatimu kemudian yakini ijaba-Nya.” (Al-Kafi 2: 343)

Keempat belas: Butuh kepada Allah
Orang yang berdoa harus menunjukkan bahwa ia benar-benar butuh kepada Allah swt. Ia menghadap kepada-Nya seperti menghadapnya orang yang sangat sengsara yang tak punya lagi harapan kecuali kepada-Nya, ia harus mencurahkan semua hajatnya kepada-Nya, tidak menggantungkan hajat-hajatnya pada sebab-sebab selain-Nya yang tidak kuasa memberi bahaya dan manfaat.

Allah swt berfirman:
“Katakan! Berdoalah kepada orang-orang yang kamu anggap (Tuhan) selain-Nya, mereka tidak akan kuasa menghilangkan bahaya darimu dan juga tidak kuasa memindahkannya.” (Al-Isra’/17: 56).

Jika orang yang berdoa benar-benar hanya bersandar kepada Allah swt, hatinya benar-benar bergantung kepada-Nya dengan penuh keyakinan, maka inilah doa yang benar dan yang sebenarnya. Dan inilah doa yang diijabah oleh Allah swt seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:

“Siapakah yang memperkenkan doa orang yang sengsara bila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan deritanya.” (An-Naml/27: 62).

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) pernah berwasiat kepada puteranya Al-Hasan (sa):
“Serahkan dirimu dalam semua urusanmu pada Tuhanmu, sesungguhnya yang demikian itu kamu menyerahkannya pada benteng yang terjaga dan pelindung yang kokoh, dalam permohonanmu pada Tuhanmu. Sesungguhnya hanya di tangan-Nya pemberian dan penahanan.” (Nahjul Balaghah, kitab 31)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika salah seorang dari kamu ingin tidak memohon sesuatu kepada Tuhannya kecuali Dia memberinya, maka hendak ia berputus-asa dari semua manusia, dan tidak memiliki harapan kecuali dari sisi Allah, maka ketika itulah ia tahu bahwa Allah azza wa jalla dari sebelumnya belum pernah dimohon sesuatu kecuali Dia memberinya.” (Al-Kafi, 2: 119, hadis ke 2)

Allah swt berfirman kepada Nabi Isa (as):
“Berdoalah kepada-Ku seperti doa orang yang sedih dan tenggelam yang tidak ada lagi penolong. Wahai Isa, mohonlah kepada-Ku dan jangan minta kepada selain-Ku, maka saat itulah akan nampak kebaikan doamu dan ijabahi-Ku.” (Iddatud da`i: 134)

Kelima belas: Menyebutkan hajat
Allah swt mengetahui semua hamba-Nya, keadaan dan semua hajatnya. Dia lebih dekat kepada mereka dari urat nadinya. Namun demikian Allah swt menyukai hamba-Nya menentukan hajatnya dan menyebutkan namanya di hadapan Allah swt. Agar di hadapan Allah swt ia benar-benar merasakan kebutuhannya pada kemuliaan-Nya, dan sangat membutuhkan karunia dan maghfirah-Nya.

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah swt mengetahui apa yang diinginkan oleh hamba-Nya ketika ia berdoa kepada-Nya, tetapi Dia menyukainya menetapkan hajat-hajatnya. Karena itu, jika kamu berdoa namai hajatmu.” (Al-Kafi, 2: 345, hadis ke 1)

Keenam belas: Melembutkan hati
Sangatlah dianjurkan bagi orang yang berdoa mengkondisikan diri agar dapat merasakan kelembutan hati, menumbuhkan rasa takut karena mengingat kematian, alam barzakh, stasiun-stasiun perjalanan di akhirat, dan hal-hal yang menakutkan di hari kiamat. Pengkondisian ini sangat penting, karena kelembutan hati menjadi sebab keikhlasan dalam mendekatkan diri pada rahmat Allah dan karunia-Nya.

Rasulullah swt bersabda:
Sampaikan doa ketika saat merasakan kelembutan hati, karena kelembutan hati itu adalah rahmat.” (Biharul Anwar 93: 313)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Dengan keikhlasan terjadi ketulusan hati, ketika terjadi rasa takut yang sebenarnya maka datanglah kepada Allah Yang Maha Pelindung.” (Al-Kafi 2: 340, hadis ke 2)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika salah seorang dari kamu merasakan kelembutan hati, maka berdoalah. Hati tidak akan merasakan kelembutan sebelum keikhlasan.” (Al-Kafi 2: 346, hadis ke 5)

Jika telah terasa kelebutan hati, maka saat itulah ia akan merasa kerendahan dirinya di hadapan khazanah rahmat Ilahi, dan akan merasakan permohonannya berada dalam ijabah Allah swt.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika kulitmu menggigil, air matamu mengalir, dan hatimu bergetar, maka saat itulah raih cita-citamu.” (Al-Kafi 2: 346, hadis ke 8)

Ketika hati mengeras akibat dosa-dosa dan kemaksiatan, dan hati lalai untuk berzikir kepada Allah akibat bergantung pada dunia dan segala keindahannya, maka saat itulah ia terusir dari pintu rahmat dan karunia Allah swt, dan saat itulah doanya tidak diijabah oleh Allah swt, dan saat itulah terjadi benturan antara hati dan lisan.

Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
“Tidak akan diterima doa orang yang hatinya yang lalai.” (Al-Faqih 4: 265)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Allah azza wa jalla tidak akan menerima doa orang yang hatinya lalai.” (Al-Kafi 2: 344, hadis ke 2)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Allah azza wa jalla tidak akan mengijabah doa orang yang hatinya keras.” (Al-Kafi 2: 344, hadis ke 4)

Ketujuh belas: Menangis dan berusaha menangis
Sebaik-baik doa adalah doa yang disampaikan ketika hati merasa sedih dan duka, yang disertai oleh tangisan karena takut kepada Allah swt. Menangis adalah bagian dari adab-adab berdoa yang terpenting. Karena air mata adalah ungkapan pedosa, bahasa yang indah yang diungkapkan ketika bertaubat, merasakan kekhusuan, dan hanya bergantung kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Air mata merupakan duta dari hati yang lembut akibat keikhlasan dan kedekatan dengan pintu Allah swt.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika kamu khawatir tentang suatu persoalan atau hajat yang kamu inginkan, maka mulailah dengan Allah dan memuji-Nya sebagaimana yang layak bagi-Nya, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, kemudian sampaikan hajatmu walaupun seperti kepala lalat (sekecil apapun).

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Keadaan yang paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya Azza wa jalla adalah ketika ia sujud sambil menangis.” (Al-Kafi 2: 350, hadis ke 10)

Menangis karena takut kepada Allah swt adalah bagian dari karunia yang istimewa yang tidak didapatkan dari selain-Nya, dan merupakan bagian dari ketaatan kepada-Nya. Tangisan adalah rahmat yang dikirim dari Pencipta Yang Maha Agung pada hamba-hamba-Nya untuk mendekatkan diri pada tangga-tangga karunia dan kemuliaan-Nya. Tangisan juga dapat menghapuskan siksaan akhirat dan segala yang menakutkan di dalamnya.

Rasulullah saw bersabda:
“Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia mendengar tangisan hatinya karena sedih, sesungguhnya Allah tidak akan memasukkan ke neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga air susu dapat kembalikan ke teteknya.” (Iddatud da`i: 168)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Tetesan air mata dan ketakutan hati adalah bagian dari rahmat Allah saat berzikir kepada-Nya. Jika kamu mendapatkan kondisi ini, sampaikan doamu. Dan sekiranya ada seorang hamba dalam ummat ini menangis, niscaya Allah swt menyayangi ummat itu karena zikirnnya yang disertai tangisan.” (Biharul Anwar 93: 336)

Jika tangisan menjadi keterbukan hati kepada Allah swt, maka kebekuan air mata menjadi tanda kekerasan hati yang menyebabkan seorang hamba terusir dari pintu rahmatAllah dan karunia-Nya, dan mengantarkan ia pada penderitaan yang sebenarnya.

Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Imam Ali bin Thalib (sa):
“Wahai Ali, ada empat hal yang menyebabkan penderitaan: Kebekuan air mata, kekerasan hati, kejauhan angan-angan, dan cinta keabadian.” 61) 61). (Biharul Anwar 93: 330, hadis ke 9)

Ketahuilah! Tangisan kepada Allah swt adalah tanda keterpisahan dari dosa-dosa dan sifat kekasih-Nya. Hal ini tidak akan terjadi tanpa mengikis dosa-dosa dan bertaubat darinya.

Imam Ali Zainal Abidin (sa):
“Bukanlah rasa takut orang yang menangis dan mengalir air matanya selama ia belum wara’ yang menjaganya dari kemaksiatan kepada Allah, tetapi hal itu adalah ketakutan yang dusta.” (Iddatud da`i: 176)

Ketika doa akan dimulai sementara kedua matamu belum siap menangis, maka kondisikan terlebih dahulu dirimu untuk menangis atau berusaha menangis, dengan cara mengingat dosa-dosa yang besar, stasiun-stasiun perjalanan Akhirat yang sangat menakutkan, hari akan ditampakkan semua yang ada dalam hati, dan akan diungkapkan semua rahasia. Insya Allah dengan cara ini kita akan merasakan rasa takut, tangisan doa yang sebenarnya, kelembutan dan keikhlasan hati.

Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa diijabahnya doa seseorang adalah doa yang disertai tangisan atau berusaha menangis (al-tabâki), walaupun dalam mengkondisikan diri ia harus dengan cara mengenang kematian anaknya, keluarga atau kekasihnya.

Ishaq bin Ammar pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Aku sudah berusaha menangis dalam berdoa tapi aku tidak bisa menangis, tetapi ketika aku mengenang kematian keluargaku, hatiku merasa lembut dan aku bisa menangis, apakah hal ini boleh? Beliau menjawab: “Boleh, kenanglah mereka, jika hatimu melembut nangislah, kemudian berdoalah kepada Tuhanmu tabaraka wa ta`ala.” (Al-Kafi 2: 350, hadis ke 7)

Jika Anda berminat tek arab hadis dan doa dalam artikel ini bisa mengcopi dari milis “Keluarga bahagia” atau milis “Shalat-doa”, yang Linknya berikut ini.

Wassalam
Syamsuri Rifai

Asbabun Nuzul ayat2 pilihan, hadis2 pilihan, amalan Praktis, bermacam2 shalat sunnah, doa-doa pilihan, dan artikel-artikel Islami, klik di sini:
http://shalatdoa.blogspot.com
http://syamsuri149.wordpress.com

Amalan praktis, Adab2 dan doa2 pilihan haji dan umroh dilengkapi tek arab, bacaan tek latin dan terjemahan, klik di sini:
http://almushthafa.blogspot.com

Milis artikel2 Islami, macam2 shalat sunnah, amalan2 praktis dan doa-doa pilihan serta eBooknya, klik di sini:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa

Milis Feng Shui Islami, rahasia huruf dan angka, nama dan kelahiran, rumus2 penting lainnya, dan doa2 khusus, klik di sini:
http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami

Bisnis Online Informatika, klik di sini :
http://pengusahaonline.com/?id=Syamsuri

Kerjasama dan pinjaman dana, klik di sini:
http://infor-indo.blogspot.com

Download gratis Mobile Magazine, majalah bermacam2 produk Hp dan elektronik, klik di sini : http://www.mobile-indonesia.com
Ingin kerjasama buka cabang di kota atau daerah Anda, hubungi Redaksi: Jl. Tebet Timur Dalam VII E No. 17 Jakarta Selatan 12820. Phone : 62-21-835.2103.

Followers